Labels

Cerita Nakal Dewasa Nikmatnya Gadis Perawan

https://pijalulu.blogspot.com/2017/11/cerita-nakal-dewasa-nikmatnya-gadis-perawan.html
 Sungguh Nikmatnya Lobang Perawan





Cerita Dewasa Hot - Usiaku yang sudah 25 tahun sampai saat ini masih belum selesai kuliah, aku akui dalam akademis aku termasuk orang gagal, tapi kalau meluntuhkan hati wanita aku jagoannya, kali ini aku akan menceritakan kisahku yang nyata dimana aku menikmati meki perawan , kisah ini terjadi saat aku mendapat kos kost san baru, dari pagi sampai sore berputar putar UGM akhirnya aku mendapatkan tempat kost kostan yang aku dambakan.

Cerita Sex Perawan | Pertama kali aku ngeliat dia, jantung aku langsung berdebar karena doi manis banget.

“iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali aku komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik.

Awalnya gak begitu suka, karena tempat kostnya terpisah jauh dari temen-temen aku yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang bikin aku mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep banget. Namanya Rika, mahasiswi semester 3 di UGM.

Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Rika mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam. Akhirnya sore besoknya aku mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya.

Cerita Ngentot | Walau tinggal terpencil jauh dari temen-temen, gak masalah lah.. yang penting aku bisa dapetin nih si bidadari khayangan.

Malam itu aku udah siap untuk tinggal di tempat kost baruku. Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan aku Rika lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya.

“wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati aku.

Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya aku keluar kamar dan samperin doi.

“Hai.. lagi ngapain?” sapa aku sambil melempar senyum.
“Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum aku.
“Telponan sama siapa?”
“Sama pacar kak” jawabnya.

Plaaakk.. aku serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Rika sudah punya pacar, aku tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya..

Siapa tau.. siapa tau.. aku menghibur diri. Aku perhatikan wajah manis Rika. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya.

“Kak kok ngeliatin Rika gitu sih?” tanya Rika risih.

Aku tersadar.

“Ehh.. gak. Ternyata Rika punya tai lalat di pipi yah?” tanya aku.
“Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap aku keumudian.
“Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran.
“Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh aku.

Rika langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa. Akhirnya malam itu aku berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Rika.

Bahkan setelah cerita tai lalat itu, Rika bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya.

“Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” aku langsung aja nuduh.
“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya.
“Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh aku.

Dia malah tertawa cekikikan. Aku senang.. Paginya, aku sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat aku.

Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik aku. Alah.. Tiba-tiba aku denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Aku selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar aku.

Ternyata disebelahnya kamar mandi! Aku coba dengerin suara gemercik air tersebut. Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Rika! Aku begitu menikmati suara nyanyiannya.

Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor aku. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa aku panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak aku berfikir keras. Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini.

Setelah yakin orang tua Rika sudah berangkat pergi berdagang dan Rika pasti sendirian di rumah, aku nekat untuk ngintipin Rika mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya aku bisa mencapai ujung tembok paling atas.

Pelan-pelan aku angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Rika sedang mandi sambil bernyanyi. Cerita Panas: Nikmatnya meki Perawan Anak Ibu Kost | Rika dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi.

Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat aku liat secara jelas. Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas.

Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan aku langsung mengeras. Rika masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat aku gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri.

Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat aku serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, Rika membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya. Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air.

Diluar dugaan aku, ternyata Rika mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya aku berfikir Rika melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut.

Aku liat matanya sudah merem-merem keenakan.

“Ohh tidaakk.. Rika sedang masturbasi!” Baru kali ini aku melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi.

Secara jelas aku menonton Rika yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya.

Secara tak sadar aku jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi aku sangat rawan. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Rika. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar. Ternyata bata yang menjadi pijakan aku tak sanggup lagi menahan pijakan aku.

Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Rika jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya.

“Mati aku kalo Rika sampai tau!” batin aku terus cemas.

Aku langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut.

Aku segera turun dari dinding yang aku panjat buru- buru. Ternyata Rika menyadari dirinya diintip. Rika segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Aku segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Rika, kalau-kalau ia berteriak. Bisa mampus aku kalau dia ngadu ke ortunya.

Ternyata aku yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Rika yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk Rika langsung tersibak, ia terjatuh.

“Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut aku sambil membantu Rika untuk berdiri.

Aku langsung mengambil handuknya. Rika tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Rika tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan.

“Kak, ngintipin Rika barusan yah?” tanya Rika dengan menundukkan kepalanya.

Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi. Aku jadi ngerasa bersalah.

“Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” aku ucapin itu dengan nada memelas.

Rika cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak.

Matanya berkaca-kaca. Aku jadi tambah merasa bersalah.

“Blum ada lho yang ngeliat Rika gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih.

Akhirnya aku anterin Rika ke kamarnya. Aku bimbing dia menuju kamarnya.

Dibenak aku semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma. Sesampainya dikamar Rika, aku malah memeluknya.

Terlintas dipikiran aku, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk.

“Rika maafin kakak ya..” aku bisikin itu ke telinganya.

Sekali lagi Rika mengangguk. Dari pelukan, aku beralih mendekap Rika.

Aku cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan aku juga ikut memainkan perannya meremas dada Rika dari luar handuknya.

“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Rika kaget.

Dalam fikiran aku, kepalang basah mandi aja!

Tanggung ketahuan ngintipin Rika mandi, kenapa gak aku tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada! Aku dorong Rika ke tempat tidurnya.

Pintu kamarnya segera aku kunci. Handuknya dengan mudah aku lepas. Bibir Rika aku lumat dan kulum sejadi-jadinya. Tangan aku menjamah payudaranya yang montok. Rika berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan.

“Kakaaaakk..” Rika berteriak.

Aku mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Aku bisa dihajar masa.

Akhirnya aku menghentikan aksi brutal aku. Aku mutusin untuk membujuk Rika pelan-pelan.

Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya aku ngomong pelan-pelan

“Rika, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Rika. Kakak gak mungkin menyakiti Rika karena kakak sayang banget sama Rika..” bisik aku pelan-pelan ke Rika.

Aku cium leher Rika, tangan aku mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya.

“Kakak, Rika mohon jangan kak” Rika memelas ketakutan.
“Rika tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Rika. Kakak Sayang sama Rika.” Bujuk aku pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya.

Tangannya terus mendorong-dorong aku. Rika ketakutan setengah mati. Aku terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Rika.

Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah. Sementara tangan kanan aku mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah aku mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Aku terus mainkan itu pelan-pelan.

“Kakak.. Rika mohon, Rika masih perawan kak.. Rika takut..” Rika masih memelas.

Tangannya terus memegangi tangan kanan aku yang bergerilya didaerah bibir vaginanya. Aku cuma jawab permohonan Rika dengan ciuman dan kuluman dibibirnya.

Aku terus lumat bibir Rika dan bibir vaginanya dilumat jari tengah aku. Perlahan aku masukin jari tengah aku dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Rika sudah basah. Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, aku jadi yakin kalau sebenarnya Rika juga menikmati permaikan aku.

Rika juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat.

“Rika, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Rika tenang aja yaa..” Belum lagi Rika memberikan persetujuannya, jari tengah aku sudah menikam masuk ke vaginanya.

Akhirnya jawaban Rika Cuma erangan dan rintihan. Aku terus mainkan dengan memasukkan jari tengah aku kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari aku!

“Kakak.. Rika takut kak..” Rika terus menceracau.

Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Aku yakin Rika sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Rika mungkin saja cewek hypersex yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi.

Seperti yang aku liat barusan di kamar mandi. Aku makin sibuk. Tangan kiri aku membelai rambutnya, mulut aku sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan aku memasukkan jari kedalam liang vagina Rika yang makin banjir dengan cairan dan licin.

Akhirnya aku gak tahan lagi. Dengan sekejap segera aku lucuti semua pakaian aku hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera aku tindih tubuh Rika yang terkapar.

“Rika, kita coba masukin yuk..Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Rika dengan lugunya mengangguk.

Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Aku makin bersemangat. Perlahan aku gosok-gosokin k0ntol aku yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Rika. Rika yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan sex.

Setelah k0ntol aku licin dengan cairan Rika, perlahan aku tusukin k0ntol aku ke dalam liang kemaluan Rika. Walaupun pekerjaan aku halus dan pelan, tetap saja Rika merintih kesakitan. Sekarang k0ntol aku bercampur dengan cairan licin dari Rika dan darah keperawanannya. Rika menangis.

Namun bibirnya terus mengeluarkan suara

“ahhh.. ahhhh.. kakak..” Aku gak mau ambil pusing.

Aku sibuk dengan mendobrak vagina Rika yang sangat sempit agar batang kemaluan aku bisa masuk lebih dalam lagi.

Dibantu dengan cairan pelicin Rika yang sudah banjir, k0ntol aku bisa masuk semuanya. Aku terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan aku. Sesekali aku cium dan jilatin leher Rika hingga ke payudaranya.

Kemudian putinya aku hisap sekuat-kuatnya. Akhirnya aku liat tanda-tanda Rika akan orgasme. Segera aku pacu kecepatan goyangan aku. Aku pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Rika lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…” Berurutan setelah itu aku juga keluar menyemprotkan cairan sperma aku didalam mekinya.

“ahhh.. Ahhhh.. Rika..” Aku **kan beberapa kali semburan dengan menekan k0ntol aku sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya.

Rika pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.

Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. K0ntol aku belum aku cabut. Batang kemaluan aku itu aku biarin sampai lemas didalam vaginanya Rika. Aku terus perhatikan wajah cantik Rika yang termenung sayu.

Sesaat aku jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Rika. Kembali aku elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Aku tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan

“Rika, mau gak jadi pacar kakak?” Rika hanya diam.


Baca Juga : Cara Memperbesar Alat Vital 

Aku tau dia udah punya pacar. Tapi aku sama sekali gak tau apa yang mau aku katakan selain itu kepada Rika. Aku pasang kembali celana dan keluar dari kamar Rika. Rika masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. Aku udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan aku barusan.

Setelah itu aku langsung berkemas di dalam kamar kos aku.

“Mungkin setelah ini Rika akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan aku bakal di usir” pikir aku.

Siang harinya, aku sudah selesai beres-beres barang-barang.

Aku pengen cabut duluan sebelum aku di usir sama orang tuanya Rika. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke aku.

Ternyata pintu kamar kos aku diketuk. Setelah aku buka ternyata Rika. Aku persilahkan Rika masuk.

Rika pun masuk kedalam kamar aku. Dia liat aku sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur.

“Kakak mau kemana?” tanya Rika. Aku cuma diam.
“Kakak gak boleh pergi! Rika takut.. gimana kalau Rika sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Rika lirih.
“Baiklah kakak gak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Rika ya..” pinta aku.

Rika hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis.

Aku jadi kasihan, akhirnya Rika aku peluk lagi. Seminggu setelah itu, aku dan Rika Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya aku beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi.

Akhirnya, aku bisa ngajakin Rika untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar aku, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar aku, padahal orang tuanya ada dirumah. Ternyata Rika selalu diliputi gairah.






Permainan sex kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Rika sudah berani menelan habis sperma yang aku semburin didalam mulutnya. Sex lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara.

Walaupun status hubungan aku belum jelas hingga saat ini, aku tetap menjalani ini sama Rika. Rika tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Rika lari ke aku. Hampir setiap malam Rika mampir ke kamar aku buat gituan.

Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar aku. Sejak saat itulah, Rika ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Aku pernah nanya ke Rika, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Rika bilang belum.

Tapi setelah aku selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hypersex dan pengen ngelakuin hal itu terus. Suatu sore, pembicaraan aku sama Rika sampai ke sesuatu yang bahkan gak aku duga.


" TAMAT ''

Cerita Mesum Hot menikmati Tubu Istri Pamanku

https://pijalulu.blogspot.com/2017/09/cerita-mesum-hot-menikmati-tubu-istri.html

 

Cerita Hot Tante - Perkenalkan namaku Bobby. Aku sekarang udah punya istri dan punya dua anak. Terus terang, ketika pertama membuka situs dewasa ini geli rasanya hati ini. Pertama kali aku sempat heran, kenapa kok banyak orang yang rela membuka-buka “aib” sendiri dihadapan public seperti di situs ini. Tetapi keherananku seperti terjawab dengan sendirinya. Peduli amat ahh, pikirku waktu itu. Dan lama-kelamaan akhirnya muncul juga keinginan untuk turut bagi-bagi pengalaman tentang dunia seks yang ternyata cukup luas, unik, menarik, seronok, dan bahkan sering menjijikkan. Pertama kali aku mengenal seks adalah saat aku duduk di kelas dua smp. 

Waktu itu aku tinggal bersama paman di kota Jakarta, sedangkan keluargaku tinggal di kota Bandung. Beda dengan saat tinggal bersama keluargaku, di rumah paman ini aku relative bebas bergerak sesukaku, apalagi pamanku yang anggota TNI sering tidak berada dirumah sementara istrinya, Bi Linda, tidak berani melarangku. Salah satu hobi beratku waktu itu adalah melototin TV sampai larut malam. Hingga suatu saat ada sebuah film menarik yang sedang aku tonton, yang ternyata juga sempat membuat Bi Linda betah menontonnya hingga larut malam

Saat itu aku hanya berdua dengan Bi Linda. Maka ketika sesekali Bi Linda berkomentar, aku langsung menyahut sekenanya. Sampai suatu saat ada adegan yang agak porno dan panas, tiba-tiba Bi Linda nyeletuk: “Heh, yang ini kamu gak boleh lihat, masih kecil!” katanya sambil matanya tetap melotot ke layar TV. Tanpa pikir panjang dan tanpa sadar bahwa Bi Linda adalah istri pamanku sendiri, waktu itu aku menyahut dengan nada agak nakal. “Udah di sunat kok Bi, tinggal nyoba pakeknya yang belum,”. Kataku. 

Mungkin karena merasa risih atau sungkan, waktu itu Bi Linda hanya diam dan tidak langsung menanggapi celoteh nakalku. Entah kenapa, waktu itu aku seperti sengaja memancing agar Bi Linda mau ngomong yang jorok-jorok. Maka akupun terus berceloteh sesukaku. Dan tiba-tiba Bi Linda membuka mulutnya. “Emang kamu ngerti yang gituan?” “Ngerti dong. Wong nggak sulit kok!” “Kalau ngerti ya udah!” katanya sambil melirik ke arahku. 

Setelah beberapa saat kami saling terdiam, lalu aku coba membuka pembicaraan lagi. Dan kali ini aku sengaja lebih mengarah. “Bi, katanya kalau pertama begituan rasanya sakit yah?” “Nggak tahu!” “Lho, waktu pertama dulu Bibi merasa gimana?” “Lupa!” “Kalau udah sering gituan, enak ya Bi?” “Ahh kamu mau tahu aja!” “Ya emang pingin tahu, Bi!” kataku sambil menahan nafas yang terasa mulai menyesakkan dada. 

Dan sejurus kemudian, istri paman yang masih terlihat cantik dengan tubuh yang padat montok berisi itu tiba-tiba menatapku tajam. Aku yang waktu itu masih kuper, hanya bisa membalasnya dengan senyum kecut, karena takut kalau-kalau dia marah dan melaporkan kelakuanku kepada paman. 

Tetapi, entah setan mana yang tiba-tiba datang dan sengaja menebar godaan, hingga tiba-tiba aku memberanikan diri mendekat kearah sofa tempat duduk Bi Linda. Seperti sengaja memberiku kesempatan, waktu itu Bi Linda hanya diam saja ketika tangannya aku pegang-pegang. 

Dan aku yang mulai tak terkendali, terasa semakin berani melangkah lebih jauh. “Jangan Bob! Aku ini Bibimu!,” rintihnya ketika tanganku mulai menelusup masuk kebalik baju dasternya yang longgar. “Bi, ayo Bi. Aku ingin sekali merasakan!” rengekku. Dan, Ouuw, tanpa banyak ba-bi-bu lagi, tangan Bi Linda langsung meraih selangkanganku, meremas kemaluanku dengan lembut sambil matanya sedikit terpejam. Lalu aku balas dengan meremas buah dadanya yang masih kenyal dan menggemaskan. 

Dan setelah aku berhasil melucuti daster Bi Linda, ganti dia yang dengan cekatan menarik resluiting celanaku, lalu menariknya hingga aku telanjang. Bi Linda langsung jongkok di hadapanku. Lalu dengan lahapnya dia melumat kemaluanku sampai seluruh bagian diselangkanganku. Aku hanya bisa merem-melek dibuatnya. “Ouuhhg, terus Bi, terusss Bi.!” Kataku seperti melayang-layang terbuai kenikmatan. Setelah puas melumat alat vitalku, Bi Linda lalu berdiri persis dihadapanku sambil menyorongkan vaginanya ke mukaku. 

Tanpa merasa jijik, akupun menjilati lobang vagina Bi Linda yang sudah mulai basah. “Oughh Bob, teruss Bob.. terussss,.. achhhh,!” celotehnya sambil terus menekan-nekan vaginanya ke arah mulutku. “Teruss Bob, bibi hampirrrr, ooughh.!” erangnya sambil mendekapkan kepalaku kearah selangkangannya. Dan tiba-tiba Bi Linda menorongku hingga aku rebah di Sofa. Lalu dia menindihku, sementara tangan kirinya menuntun kemaluanku ke lobang Vaginanya. “OOuuugghhh. SSsttttss!!” rintihnya ketika kemaluanku sudah terjepit di selangkangannya. 

Bi Linda yang nampak mulai hilang kesadarannya itu, mulai menggoyangkan tubuhnya. Matanya terpejam, sedangkan dari bibirnya terus mendesis seperti ular kobra yang hendak mematukkan bisanya. “OOOuuuugghhhhhh...Aku kellluuuaarrrr BBoooobb,!!” Jeritnya tertahan, sementara tangannya mendekapku erat-erat. Lalu dia menggolosoh di sampingku. “Bi, aku belummm,!” bisikku ketelinganya. Lalu, Bibi menarikku keatas tubuhnya yang sudah basah oleh keringat. 

Sambil tetap memejamkan matanya, Bi Linda meraih kemaluanku dan menuntunnya masuk ke lobang memeknya yang sudah basah kuyup. “Ayo Bob,.. “ katanya lirih. Dan, “OOuugghhh,. SSsttssss, achhhhhh,.. Biiii,!!”.. Spermaku pun muncrat dengan deras setelah lima belas menit lamanya aku menggesek-gesekkan kemaluanku dalam lobang vaginanya.. Begitulah kisah pengalamanku mesum dengan istri pamanku sendiri, dan sejak kejadian malam itu, aku merasa seperti orang yang ditakdirkan menjadi keponakan yang paling kurang ajar terhadap pamannya sendiri. 

Sebab, hampir setiap saat ketika paman tidak ada dirumah, akulah yang menggantikan paman untuk memuaskan nafsu birahi bibiku. Dan kapanpun bibi mau, ngeseks di kamar, di ngentot ruang tamu, mesum di dapur bahkan bercinta di kamar mandi, aku selalu dapat memuaskan nafsu bibiku.

Cerita Mesum Bergambar Bersama Ibu Hot

https://pijalulu.blogspot.com/2017/08/cerita-mesum-bergambar-bersama-ibu-hot.html




Cerita dewasa hot - kali ini menceritakan pengalaman sexs pribadi dari seorang anak laki-laki yang berhubungan sex dengan ibu pacarnya. Dan cerita dewasa ini langsung dikirim di web Butuhsex ini oleh sumber penulisnya para maniak sek. Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.


Mendengar judul cerita ini mungkin para sex mania sekalian agak konyol. Tapi inilah cerita yang telah saya alami pada beberapa bulan yang lalu. Kenalkan namaku odhi (nama samaran), aku punya pacar namanya Sofie. Mungkin pacarku ini mempunyai wajah yang tidak terlalu cantik sih, tapi jangan salah, ukuran buah dadanya beuuuhhh mantep banget maniakers...hhe. Kalau saya taksir sih ukuran buah dadanya 37B cuy, gede banget kan?. Yaudah yuk langsung keceritanya aja yuk..... yuk ah!!!!

Sofie ini orangnya lumayan gila sex. Tiap saya main kerumahnya, dia selalu memakai pakaian yang ngejamin para pria menelan ludah deh. Pokoknya bikin si otong kagak nahan gan....
Cerita ku bukan tentang “mainku” dengan Sofie, tapi dengan mamahnya. Nonik nama mamah pacarku. “Bunda beb ” begitulah aku panggil) beliau. Bunda beb ini mempunyai wajah yang biasa-biasa saja sama seperti anaknya tetapi mempunyai tubuh yang lumayan bohay. Tiap aku main kerumahnya, Bunda beb ini selalu memakai daster “you can see”. Biasa lah namnya juga Ibu- ibu kampung. Kebayangkan para maniakers sekalian?? Ukuran payudara Bunda beb bisa dibilang rata-rata, tidak terlalu besar dan kecil. Sering saya dapati beliau ketika habis mandi hanya mengenakan handuk kecil. Seakan-akan tetek bagian atasanya melambai lamabai seakan menyuruhku untuk aku raba dan aku sruput tuh teteknya WKWKWKWK….

Kejadian ini saya alami pada tanggal 17 maret lalu. Pada waktu itu aku main kerumah pacarku, tepatnya waktu menunjukan pukul 11.00. Akupun mengetuk pintu dan ternyata yang membuka pintu pacar aku. Pada waktu itu dia memakai tengtop warna putih dan keliatannya dia tidak memakai BH karena jelas sekali kulihat puting susu pacarku ini menonjol menantang berani kepadaku.


“Hai dear” sapaku

“Hai juga dear” jawabnya,

“Hemmmm..... bajunya bikin si Otong (penis) kedutan aja dear” godaku kepadanya.

Lalu tanpa pikir panjang akupun memegang payudara pacarku dan ternyata benar dia tidak memakai BH.

“ihhhhhhhhhhhh apaan sih kamu dear, Ayoo duduk dulu ah,” ujarnya kepadaku“

“Iya dear, nanti kamu dudukin aku yah” candaku kepadanya.

Lalu dia pergi ke dapur untuk membawa air untuku. ketika aku sedang duduk menunggu pacarku, tiba-tiba bunda beib masuk kerumah dan menyapaku

“eh, ada nak Odhi” sapanya.
Akupun tersenyum dan bersalaman dengannya. Wajib pembaca tau nih, Bunda Beib ini hanya memakai daster tanpa lengan. Bisa kulihat dengan jelasnya keteknya yang berbulu sedikit dan teteknya yang memakai BH warna ungu.

https://pijalulu.blogspot.com/2017/08/cerita-mesum-bergambar-bersama-ibu-hot.html

“Dari mana bu” tanyaku, “

“ouchh ini nak, ibu habis dari warung beli keperluan mandi” jawabnya.

Ketika kami sedang ngobrol, pacarku Sofie datang membawa segelas air.

“Eh mamah, mana sabunnya, aku mau mandi” Tanya Lina.

Lalu Bunda beibpun memberikan sabun tersebut ke pacarku.

“Say, aku mandi dulu ya” kata Lina.

Aku cuma mengangguk dan Lina lalu bergegas ke kamar mandi. Aku agak jengkel sih, karena pacarku mandinya suka lama.

“Ibu mau nyuci piring dulu ya nak odhi, kalau mau nonton tv tinggal nyalain sendiri aja atau nak Odhi mau ikut liat Ibu nyuci piring?? ” kata Bu Nani sambil bercanda,

“Iya bu” jawabku.

Lalu kunyalakan tv dan nonton acara FTV. Sedang asyik- asyiknya nonton, eh tiba- tiba hp bunda beib di meja berdering. Kulihat aja langsung siapa yang menghubunginya, “Sari” begitu nama yang ada di hp tersebut. Lalu ku bawa hp itu ke tempat cuci piring dan ku berikan ke kepadanya.

“Bun, ini ada telepon”,

“waduh dari siapa?”tanya bunda beib kepadaku.

Ketika dia menelepon, tidak sengaja kulihat daster bunda beib tersingkap sampai paha. Dag dig dig rasanya jantungku melihatnya. Putih bener deh paha mamah pacarku ini, pingin banget rasanya ku raba dan ku jilati paha yang putih itu. Ketika aku melamun jorok, spontan Bunda beib membuyarkan lamunanku sambil tersenyum dan berkata

“hayooo liatin apa hayoww”, “hehehehe, engga kog bun” jawabku sambil menelan ludah.

“Siapa yang menelepon bu?” tanyaku.

“Ouch itu kakak ibu. Dia nyuruh bawa pesenan barang yang ibu pesan” jawabnya.

https://pijalulu.blogspot.com/2017/08/cerita-mesum-bergambar-bersama-ibu-hot.html

Ketika kami sedang ngobrol, pacarku keluar dari kamar mandi. Dia hanya memakai handuk sampai paha. Busettttt.... susunya ito loh yang besar seakan akan mau loncat dari dalam handuk tersebut. Dia hanya tersenyum karena sudah tau apa yang aku bayangkan.
Dan aku kembali lagi ke ruang tv. Tidak lama kemudian Bu nani datang dan langsung masuk ke kamar pacarku. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi nampaknya pacarku tidak senang dengan apa yang disuruh oleh mamahnya. Lalu mereka berdua keluar dari kamar.

“Dear, aku mau ke rumah Tante Sari dulu ya, mau ngambilin pesenan barang mamah” omongnya.

“Mau aku anter nggak?” Tawaranku.

“Gak usah, aku sendiri aja, lagian deket kok, paling cuma 15 menitan”. Ujarnya.

Lalu Linapun pergi dengan memakai motorku. Aku kembali termenung menonton tv. Terdengar suara hujan, eh ternyata hujan mulai turun lama kelamaan hujan deraspun datang. “Waduh hujan,bagaimana ini cucian ibu nggak akan bisa di jemur”, lalu aku hanya tersenyum.

“Ibu mau mandi dulu ya nak Sefta”, “iya bu” jawabku.

Sekitar 10 menit kemudian bunda beib keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk dengan lilitan daster nakal di bagian atasnya. Ketika dia mau ke kamar, ada telepon dari pacarku yang memberitahu bahwa dia lagi di rumah tantenya sambil nunggu hujan. Akupun melihat bunda beib bertelfonan dengan Sofie sambil melongo. Lagi- lagi dia membuyarkan lamunanku.

“hayo lagi- lagi liatin ibu, masa kamu terangsang liat wanita tua gini” katanya.

”ah engga bu, meskipun ibu sudah tua tapi tubuh ibu masih bagus kok” rayu-rayu kecil nakalku.

Mendapati jawabanku bunda beibpun jadi salah tingkah dan dia langsung masuk kamar. Tidak lama kemudian...

“Nak Odhi, tolong ibu” lalu aku masuk ke kamar sambil deg degan jantungku ini.

WOW ternyata dia sedang membelakangiku dengan hanya memakai celana dalam warna hitam dan BH warna hitam. Tetapi BH tersebut belum di kenakan sepenuhnya.

“Tolong apa bu”, “ini tolong kaitkan tali BH ibu”ujarnya.

Lalu aku kaitkan tali Bh itu dengan kontolku yang sudah ngaceng dan nggak karuan ini. Dia masih membelakangiku, dan ketika aku sedang mengaitkan tali BH tersebut, tak sengaja kontolku kena ke pantatnya.

“Ih dede nak Odhi nakal deh” ujarnya.

“Habis ibu menggoda sich, jadi nakal deh si otong ini bu” jawabku.


Dan akupun beranikan mengesek- gesekan tanganku ke bagian sisi payudara bunda beib. Ternyata setelah aku menggesek-gesekan tanganku kepantat kenyalnya, aku mendengar nafasnya makin tak teratur dan agak berat.

“uhhhhh... oohhh...uhhhh, enak banget nak Odhi” ujarnya sambil melenggat lenggot karena terangsang .

Lalu diapun merespon aku dan membalikan badan dan menariku ke atas kasur. Langsung aja aku ciumi bibirnya .

“ooohhh eegghhhh, enak nak Odhi teruuusss”.

Lalu aku buka kembali kaitan Bhnya dan ku lempar BH tersebut entah kemana. Hujan diluar masih tetap deras dan membuat nafsu aku dan bunda beib tambah liarrr. kKu angkat tangan bu nani ke atas dan kujilati keteknya yang berbulu sedikit.

“ooohhh terusssss terussss enak sayang enaaakkk”.

Jilatanku di keteknya berpindah ke payu daranya yang indah, lalu kujilatu semua bagian tubuhnya dan terus kujilat dan pad akhirnya lidahku medarat ke liang vaginanya.

“Ayo nak jilatin itil ibu nak sambil disedot-sedot nak ..... uhhhhhh...uhhhhh...uhhhh”, katanya sambil mendesah keenakan.Wangi vagina Bu nani sangat enak, aku jilati memeknya.

“oh nak sefta jilat memek ibu jlat sayang yang kencang” teriaknya.

Aku jilat terus memeknya sambil ku cari itilnya. Dan ketika aku sedot itilnya dia berteriak hebat dan membuatku takut kalau terdengar oleh tetangga

“ iiitiiiiillllkuuuuuuuu oh itilkuuu enak sekali nak” teriaknya.

Susunya membusung dan kurasakan air kawinya keluar dari liang vaginanya.ternyata dengan jilatan liar dan mautku itu bunda beib orgasme. Diapun tersenyum melihatku dengan mata sayu orgasmenya. Akupun membuka semua pakaianku, Dia terbelangak ketika melihat kontolku yang besar.

“ Astaga nak dede kamu besar banget” ujarnya.

“ Iya dong bunda beib” ujarku kepadanya.


Harus ku akui aku bangga mempunyai kontol yang panjangnya 18 cm dan diameter sekitar 4 cm. Ini juga yang membuat Sofie tergila- gila padaku. Lalu dia menarik kontolku dan menarik tubuhku ke atas kasur.

“Aku sepong ya sayang kontolmu” aku tidak menjawab dan dia langsung memasukan kontolku ke mulutnya. Rasanya beda sekali ketika disepong oleh Sofie. Tanganku tak tinggal diam, aku raih susunya dan ku mainkan putingnya, hal ini membuat dia menjadi belangsatan. “Bun aku masukin dedeku sekarang ya”

“iya sayang” jawabnya.

Aku lebarkan kakinya lalu ku masukan kontolku ke memeknya. Dia melenguh “ooohhhh sayang kontolmu enak sekali, entotin aku cepet sayang” kata- kata kasar keluar dari mulutnya mungkin karena sedang enak. Dan ketika kontolku masuk, kembali dia berteriak “memek kuuuuuu enaaaaakkkk ooohhhh”Lalu aku genjot pinggangku, setelah menggenjotnya 15 menit, dia nampaknya akan orgasme “terus sayang teruussss,aku mau muncrat” dan dia mencengkram punggunku hingga rasanya perih punggungku.Dia orgasme yang kedua.”Tunggu dulu sayang, biarkan aku bernafas dulu, nanti kamu boleh entot aku lagi” aku hanya tersenyum. Setelah itu aku suruh dia menyepong kontolku.

“Bu isep kontolku lagi dong”, “iya sayang, sini”.

Lalu dia menyepong kontolku selama 5 menit. Setelah itu aku balikan tubuh bunda beib dan kusuruh menungging. “

“Aku pingin doggy style bun”ujarku.

Dengan posisi ini aku bisa melihat anusnya yang sudah pernah di oral, dan ketika aku melihat anusnya....

“pantatku sudah bolong oleh papahnya Sofie sayang, ayo masukin kontolmu” ujar bunda beib

“Aku masukin ke anusmu ya Bun”, “iya, tapi ludahin dulu anusku ya sayang”. Ujarnya kepdaku.
Lalu aku jongkok dan menjilati anusnya sambil ku kobel liang memeknya.

“eeeggghhhh enaak sayang terusss”. Teriak kenikmatanya.

Setelah ku ludahi anus bunda beib, langsung saja aku arahkan kontolku ke arah anusnya. Dan luar biasa, sensasinya jauh lebih enak daripada ngentot memek ternyata.

“oooohhhhh enak sekali anusmu bu” erangku.

Lalu ku ayunkan pinggulnya dan tanganku tidak tinggal diam, kuraih susunya dan kuremas- remas.

“Terus syang terus entot anus ibu”. Kulihat dia memainkan itilnya sendiri. 20 menit kemudian

kusudahi posisi ini dan ku angkat tubuhnya. Ku entot dengan posisi berdiri. “sayang, tubuhmu kuat sekali, enak sekali di entot sama kamu” pujinya.
Ku arahkan kontolku ke memeknya dan Bleessssssss…. lalu ku entot sambil berdiri,

“ah uh ah uh” erangku.

10 Menit kemudian dia menggoyangkan pantatnya sendiri dan membuat kontolku kelonjotan. “Bu aku mau muncrat, udah nggak ini.... ah... ah...”,teriak nikmatku,

“Bareng sama ibu sayang” ujarnya.

“ayo buuu ayooo, ah ah ahhhhhhh”,, ujarku,

“iya sayang, ah... ah... ah... itillkuuuuuuuu.... ahhhhhhhhhhhh” dan kamipun orgasme bersama sama... Crot...crot... crot....

Aku dan bunda beibpun terkulai lemas seketika. Di luar, hujan masih besar, lalu bunda beib pergi ke kamar mandi dan aku ikuti. Di wc, kami saling menyabuni.

“sedot itilku sekali lagi sayang” bunda beib memintaku.

Tanpa ampun aku sedot lagi memek san itilnya sampai dia terkulai lemas.
Kami pun segera bergegas memakai baju dan menonton tv sambil meremas dan menciumi bibir bunda beib. Tidak lama kemudian hujanpun reda dan sofie pacarku datang dan kamipun bersikap biasa seakan akan tidak pernah terjadi apa-apa.Sungguh pengalaman yang sangat gila dan liar bagiku. Sampai sekarang aku lebih sering ngentot sama bunda beib daripada sama pacarku Sofie. Demikialah ceritaku skandal aku dan ibu pacarku.


Demikian kisah pengalaman sexs pribadi dari seorang anak laki-laki yang menyetubuhi dengan ibu pacarnya

Cerita Mesum Panas Ibu Tiri Yang Bohay





https://pijalulu.blogspot.com/2017/08/cerita-mesum-panas-ibu-tiri-yang-bohay.html






Cerita Mesum Hot - Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku menyelesiakan kuliah di fakultras kedokteran 3,5 tahun yang lalu, dilanjutkan dengan praktek asisten dokter (koas) selama setahun dan kemudian mengikuti ujian profesi dokter. Kini aku sudah resmi menyandang gelar dokter di depan namaku dan sebagai tahap terakhir, aku kini sedang mengikuti praktek di puskemas di daerah terpencil sebagai bentuk pengabdian sebelum mendapatkan izin praktek umum.
Aku dibesarkan di kota kelahiranku sampai SMU dan kemudian menjutkan kuliah di Jogja. Keluargaku sebenarnya bukan keluarga broken home, namun karena ayahku yang berpoligami jadi aku agak jarang berinteraksi dengan ayahku, lebih banyak dengan ibuku dan 2 orang adikku.

Seperti kebanyakan orang sukses di kotaku, Ayah adalah seorang pengusaha warung makan yang lebih dikenal dengan sebutan Warteg. Sejak aku SMP, ayahku sudah punya 2 warteg di kota asalku, 4 di Jakarta dan 2 gerai di Jogja. Berbekal kesuksesan itulah Ayah yang dulu hanya beristrikan ibuku, mulai buka cabang di Jakarta dan Jogja. Alasannya sederhana: butuh tempat singgah waktu memantau jalannya usaha. Pada awalnya, aku sebagai anak sulung, menjadi anaknya yang menentang poligami Ayah. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMU dan Ayah pertama kalinya berpoligami dengan menikahi seorang gadis yang usianya hanya terpaut 10 tahun dariku. Namun justru ibuku yang mendamaikan perselisihanku dengan Ayah dengan alasan klasik yaitu Ayah sudah berjanji untuk tetap membiayai hidup kami dan sebagai jaminannya, 2 warteg di Tegal secara penuh menjadi milik Ibu.

Berbekal pendapatan dari usaha warteg itulah, aku bisa kuliah sampai menjadi dokter saat ini, dan tentu saja ibuku sangat bangga karena aku sebagai putra sulungnya berhasil mandiri dan menjadi contoh buat adik-adikku.
Lalu bagaimana dengan perselisihanku dengan Ayah? Wah, sejak Ibu sudah memaklumi Ayah, aku pun sudah tidak pernah mengungkitnya lagi. Hubunganku dengan Ayah, bahkan dengan dua isteri muda Ayah baik-baik saja. Bahkan Ayah menyempatkan diri hadir dalam wisudaku dulu.
Isteri kedua ayah, yang berarti ibu tiriku, bernama Nurlela, tinggal di sebuah perumahan di daerah Bintaro. Dari hasil pernikahan dengan Mama Lela (begitu Ayah menyuruhku memanggilnya), Ayah dikaruniai 2 orang anak. Setelah 5 tahun menikah dengan Nurlela, Ayah kemudian “buka cabang” lagi di Jogja, kali ini dengan seorang janda beranak satu, bernama Windarti, yang kupanggil dengan Mama Winda, usianya bahkan hanya terpaut 6 tahun denganku.
Sebagai seorang lelaki, aku harus jujur untuk mengacungkan jempol buat Ayah dalam memilih isteri muda. Kedua “gendukan”-nya, meskipun tidak terlalu cantik, namun punya kemiripan dalam hal body, yaitu “toge pasar”. Rupanya selera ayah mengikuti tren selera pria masa kini yang cenderung mencari “susu” yang montok dan goyangan pantat yang bahenol.

Dari dua ibu tiriku itu, tentu saja aku lebih akrab dengan Mama Winda, karena selama aku kuliah di Jogja, setiap akhir bulan aku menyempatkan bermalam di rumahnya yang juga lebih sering ditinggali Ayah. Maklum Mama Winda adalah isteri termuda, meskipun berstatus janda.
Bagiku sebenarnya sangat canggung memanggil Winda dengan sebutan Mama, jauh lebih cocok kalau aku memanggilnya Mbak Winda, karena usianya memang hanya lebih tua 6 tahun dariku. Wajahnya manis selayaknya orang Jogja, dan yang membuatku betah bermalam di rumahnya adalah “toge pasar” yang menjadi keunggulannya.

Suatu saat, ketika aku masih kuliah. Seperti biasa, pada akhir pekan di minggu terakhir, aku membawa sepeda motorku dari kost menuju rumah Ayah dan Mama Winda. Rupanya saat itu Ayah sedang “dinas” ke Jakarta, mengunjungi Mama Nurlela, sehingga hanya ada Mama Winda dan anaknya dari suami pertamanya yang berusia 5 tahun bernama Yoga. Seperti biasa pula, aku membawakan cokelat buat adik tiriku itu.
Saat datang, aku disambut oleh Yoga, sementara ibunya ternyata sedang mandi. Karena belum tahu kalau aku datang, Mama Winda keluar kamar mandi dengan santainya hanya berbalut handuk yang hanya “aspel” – asal tempel. Melihat kehadiranku di ruang tengah, sontak Mama Winda kaget dan salah tingkah.
“Eh... ada Mas Kemal..”, serunya sedikit menjerit dan melakukan gerakan yang salah sehingga handuknya melorot hingga perut sehingga payudaranya yang sebesar pepaya tumpah keluar.

“Glek..”, aku menelan ludah dan menatap nanar pada ibu tiriku yang bertoket brutal itu. Sayang sekali pemandangan indah itu hanya berlangsung sebentar karena Mama Winda segera berlari ke kamar.
Dadaku berdegup kencang, birahiku langsung naik ke ubun-ubun. Ingin rasanya aku ikut berlari mengejar Mama Winda ke kamarnya, menubruknya dan meremas buah dada pepayanya. Sayang aku belum berani melakukannya.
Aku hanya bisa “manyun” sambil bermain dengan adik tiriku sampai akhirnya sang ibu tiri keluar kamar. Tidak tangung-tanggung, dia membungkus tubuh montoknya yang baru saja kulihat toket brutalnya dengan pakaian muslim, lengkap dengan jilbabnya. Mama Winda sehari-harinya memang mengenakan jilbab. Birahiku langsung “watering down”... layu sebelum berkembang.

Sebagai pelampiasan, pada saat mandi aku menyempatkan diri untuk masturbasi, kebetulan ada tumpukan pakaian dalam kotor milik Mama Winda di dalam ember. Awalnya aku mengambil bra warna hitam dengan tulisan ukuran 36BB yang mulai memudar. ‘Pantas besar seperti pepaya’ pikirku membayangkan dua buah dada besar milik Mama Winda yang sempat kulihat beberapa waktu lalu.
Sambil membayangkan buah dada Mama Winda, aku mengambil celana dalam hitam Mama Winda dan menciuminya. Aroma khas vagina masih tertinggal di sana, mengantarkan masturbasiku dengan sabun mandi sampai akhirnya menyemprotkan sperma di dinding kamar mandi.

Sesudah mandi aku menonton TV bersama Mama Winda dan adik tiriku. Kami mengobrol akrab sampai sekitar jam 8 adik tiriku minta ditemani mamanya untuk tidur. Sebelum menemani anaknya tidur, Mama Winda masuk kamarnya untuk bertukar pakaian tidur baru kemudian masuk kamar anaknya.
Setelah anaknya tidur, Mama Winda keluar kamar dengan kostum tidurnya yang sama sekali berbeda dengan kostumnya tadi sore. Pakaian muslimnya yang tertutup berganti dengan gaun tidur warna putih yang meskipun tidak tipis tapi memperlihatkan bayangan lekuk tubuh montoknya, termasuk warna bra dan celana dalamnya yang berwarna ungu. Kontan birahiku langsung naik kembali.
“Wow... Mbak Winda cantik sekali”, pujiku tulus terhadap ibu tiriku yang memang tampak cantik dengan gaun tidur putih itu. Rambut panjangnya tergerai indah menghiasi wajah manisnya.

“Huss... kalau Bapakmu tahu, bisa dimarahin kamu, panggil Mbak segala”, serunya agak ketus namun tetap ramah.
“Bapak lagi ngelonin Mama Lela, mana mungkin dia marah”, pancingku.
“Ih, apa sih hebatnya si Lela itu? Aku belum pernah ketemu”, sergah Mama Winda. Nadanya mulai agak tinggi.
“Hmm... menurut saya sih... dan Bapak pernah cerita bahwa dia suka buah dada Mama Lela yang besar”, sadar pancinganku mengena, aku segera melanjutkannya. Padahal tentu saja aku berbohong kalau bapak pernah cerita, tapi kalau ukuran buah dada, mana kutahu dengan pasti. Yang kutahu buah dada Mama Lela memang besar.
“Oh ya?... “, benar saja, emosi Mama Winda semakin meninggi. Dadanya ditarik seakan ingin menunjukkan padaku bahwa buah dadanya juga besar.
“Bapak kalau di rumah Mama Lela suka lupa diri, pernah mereka ML di dapur, padahal waktu itu ada saya”, cerita bohongku berlanjut,”mereka asyik doggy style dan tidak sadar kalau saya melihat mereka”.

“Gila bener... pasti si Lela itu gatelan dan tidak tahu malu ya?”, sergah Mama Winda dengan emosi.
“Apanya yang gatelan Mbak?”, tanyaku.
“Ya memeknya.... “, karena emosi, Mama Winda sudah tidak peduli omongan jorok yang keluar dari mulutnya,”pasti sudah kendor tuh memeknya si Lela!”
“Kalau punya Mbak pasti masih rapet ya?”, tantangku.
“Pasti dong... saya kan baru punya anak satu”, kilahnya,”...dan saya kan sering senam kegel, Bapakmu gak akan kuat nahan sampai 5 menit, pasti KO”.
“Ya lawannya udah tua..., pasti Mbak menang KO terus”, aku terus menyerang sambil menghampiri Mama Winda sehingga kami duduk berdekatan.
“Maksudmu apa Kemal?”, Mama Winda mulai mengendus hasratku. Matanya membalas tatapan birahiku pada dirinya.
“Sekali-kali Mbak harus uji coba dengan anak muda doong”, jawabku enteng sambil tersenyum.
“Welehh... makin berani kamu ya?...”, tangannya menepis tanganku yang mulai mencoba menjamah lengannya.
“Enggak berani ya Mbak?”, tantangku semakin berani,”melawan anak muda?”.
“Gendeng kamu... aku ini kan ibu tirimu”, katanya berdalih.
“Ibu tiri yang cantik dan seksi”, puji dan rayuku.
“Gombal kamu”, serunya dengan wajah agak merah pertanda rayuanku mengena.
“Mbak Winda...”, aku terus berusaha,”coba bayangkan Bapak sedang ML sama Mama Lela sekarang dan sementara Mbak Winda ‘nganggur’ di sini”.
“Terus?...”, pancingnya.
“Ya... saya bisa memberikan sentuhan dan kepuasan yang lebih buat Mbak daripada yang diberikan Bapak...”, kataku persuatif.
“Kamu sudah gila Kemal”, ibu tiriku masih nyerocos, namun tangannya kini tidak menolak ketika kupegang dan kuarahkan ke penisku yang sudah mengeras.
“Mungkin saya memang gila Mbak, tapi Bapak lebih gila, mungkin dia sekarang sedang nyedot susunya Mama Lela yang besar... atau mungkin sedang jilat-jilat memeknya”, aku terus membakar Mama Winda.

“Huh... Bapakmu enggak pernah jilat memek, ngarang kamu..”, sergahnya.
“Oh ya?... tapi dia pernah cerita kalau di hobby sekali menjilat memek Mama Lela..”, aku terus berbohong sementara tanganku sudah aktif menarik rok Mama Winda ke atas sehingga kini pahanya yang montok dan putih sudah terlihat dan kubelai-belai.
“Kamu bohong...”, katanya pelan, suaranya sudah bercampur birahi.
“Ih... bener Mbak, Bapak suka cerita yang begitu pada saya sejak saya kuliah di kedokteran”, ceritaku.
“Awalnya Bapak ingin tahu apakah klitoris Mama Lela itu normal atau tidak, karena menurut Bapak, klitoris Mama Lela sebesar jari telunjuk”. Tanganku semakin jauh menjamah, sampai di selangkangannya yang ditutup celana dalam ungu. Mama Winda sedikitpun tidak memberi penolakan, bahkan matanya semakin sayu.
“Stop Kemal, jangan ceritakan lagi si Lela sialan itu...,” pintanya,”Kalau tentang aku, Bapakmu cerita apa?”
“Eh... maaf ya Mbak... kata Bapak, memek Mbak agak becek...”, kataku bohong,”Pernah Bapak bertanya pada saya apakah perlu dibawa ke dokter”.
“Sialan Bapakmu itu... waktu itu kan cuma keputihan biasa”, sergah Mama Winda. Bagian bahwa gaun tidur putihnya sudah tersingkap semua, memperlihatkan pahanya yang montok dan putih serta gundukan selangkangannya yang tertutup kain segitiga ungu. Sungguh pemandangan indah, terlebih beberapa helai pubis (jembut) yang menyeruak di pinggiran celana dalamnya.

“Hmm... coba saya cek ya Mbak...”, kataku sembari menurunkan wajah ke selangkangannya.
“Crup...”, kukecup mesra celana dalam ungu tepat di tengah gundukannya yang sudah tampak sedikit basah. Tersibak aroma khas vagina Mama Winda yang semakin membakar birahiku.
Dengan sedikit tergesa aku menyibak pinggiran celana dalam ungu itu sehingga terlihatlah bibir surgawi Mama Winda yang sudah basah... dikelilingi oleh pubis yang tumbuh agak liar.
“slrupp.... slrupp..”, tanpa menunggu lama aku sudah menjulurkan lidahku pada klitoris Mama Winda dan menjilatnya penuh nafsu.
Mama Winda menggelinjang dan meremas kepalaku,”Kamu...kamu bandel banget Kemal....okh... okh...”.
“Kenapa saya bandel Mbak... slruppp...”, tanyaku disela serangan oralku pada vagina Mama Winda.
“Okh...kamu... kamu menjilat memek ibu tirimu...Okhhh....edannn... kamu apakan itilku Kemal...??”, teriaknya ketika aku mengulum dan menyedot klitorisnya.
Kini 100% aku sudah menguasai Mama Winda. Wanita itu sudah pasrah padaku, bahkan dia membantuku melucuti celana dalamnya sehingga aku semakin mudah melakukan oral seks.

Sambil terus menjilat, aku memasukkan jari telunjukku ke liang vaginanya yang sudah terbuka dan basah.
“Oooohh.... edannn.... enak Kemal...”, jeritnya sambil menggelinjang, menikmati jariku yang mulai keluar masuk liang vaginanya.
Bahasa tubuh Mama Winda semakin menggila tatkala jari tengahku ikut ‘nimbrung’ masuk liang kenikmatannya bersama jari telunjuk. Maka tak sampai 5 menit, aku berhasil membuat ibu tiriku berteriak melepas orgasmenya.
“Okh..... edannn....aku puassss....okh.....”, tubuh Mama Winda melejat-lejat seirama pijatan dinding vaginanya pada dua jariku yang berada di dalamnya.
Setelah selesai menggapai orgasmenya, bahasa tubuh Mama Winda memberi sinyal padaku untuk dipeluk. Akupun memeluk dan mencium bibirnya dengan mesra. Dia membalas ciumanku dengan penuh semangat.
“Enak kan Mbak?”, tanyaku basa-basi.
“He’eh...”, dia mengangguk dan terus menciumiku.
“Tapi saya belum selesai periksanya lho Mbak...,” kataku manja.
“He3x... kamu benar-benar calon dokter yang bandel Kemal...,” dia terkekeh senang,”Kamu mau periksa apa lagi heh?”
“Periksa yang ini Mbak...”, kataku seraya meremas buah pepaya yang masih terbungkus gaun tidur dan bra.
“Ohh... iya tuh... sering nyeri Dok...”, candanya,”minta diremas-remas... he3x...”.
Sejenak kemudian Mama Winda sudah melucuti gaun tidurnya dan mempersilahkanku untuk membuka bra ungunya yang tampak tak sanggup menahan besar buah dadanya.

“Hmmm... slrupp... “, dengan penuh nafsu aku segera menciumi buah dada besar itu dan mengulum putingnya yang juga besar. Warna putingnya sudah gelap menghiasi buah dadanya yang masih lumayan kencang. ‘Pantas Bapak ketagihan’ pikirku sambil terus menikmati buah dada impianku itu.
“Kemal....”, panggil Mama Winda mesra,”Mana kontolmu?... ayo kasih lihat ibu tirimu ini, hi3x...”.
Aku segera menurut dan menanggalkan celana panjang dan sekaligus celana dalamku, memperlihatkan batang penisku yang dari tadi sudah mengeras dan mengacung ke atas.
“woww... lebih besar punya kamu Mal... daripada punya Bapakmu”, puji Mama Winda seraya menggenggam penisku. Sejenak kemudian ibu tiriku sudah mengemut penisku penuh nafsu.
“Weleh.... udah kedut-kedut kontolnya... minta memek ya?”candanya,” Sini... masuk memek Mama...”
Mama Winda mengangkang, membuka pahanya lebar-lebar di sofa tengah, membuka jalan penisku memasuki liang surgawinya yang sudah becek. Setelah penisku melakukan penetrasi, kedua kakinya dirapatkan dan diangkat sehingga liang vaginanya terasa sempit, membuat penisku semakin ‘betah’ keluar masuk.
Seperti promosinya di awal, Mama Winda mengerahkan kemampuannya melakukan kontraksi dinding vagina (kegel) sehingga penisku terasa terjepit dan terhisap, namun seperti sudah kuduga, aku bukan tipe yang mudah dikalahkan. Aku bahkan balik menyerang dengan mengusap dan memijit klitorisnya sambil terus memompa vaginanya.
“Okh... kamu sudah ahli ya Kemal?.... kamu sering ngentot ya...?”, Mama Winda mulai mengelinjang-gelinjang lagi, menikmati permainan penis dan pijatan pada klitorisnya. Semakin lama aku rasakan dinding-dinding vaginanya semakin mengeras pertanda dia sudah dengan dekat orgasme keduanya. Aku semakin mempercepat kocokan penisku pada vaginanya, berupaya meraih orgasme bersamaan.
“Mbak... saya semprot di dalam ya?..” tanyaku basa-basi.

“Semprot Kemal...okh... semprot aja yang banyak...okh....” Mama Winda terus mendesah-desah, wajahnya semakin mesum. Akhirnya dia kembali berteriak.
“Okhhh..... ayo.... okh.... semprot Kemal... semprot memek Mama....”, jeritan jorok, wajah mesumnya dan sedotan vaginanya membuatku juga tidak tahan lagi.
“Yesss.....yess....”, akupun menjerit kecil menikmati orgasmeku dengan semprotan mani yang menurutku cukup banyak ke dalam rahim Mama Winda, ibu tiriku.
Orgasme yang spektakuler itu berlangsung hampir menit dan disudahi lagi dengan pelukan dan ciuman mesra.
“Terima kasih Kemal...,” katanya mesra,”Enak banget, hi3x....”
“Sama-sama Mbak, nanti saya kasih obat anti hamil...”, jawabku sambil melihat lelehan maniku di vaginanya.
“Hi3x... enggak apa lagi... tapi peju kami memang banyak banget nihhh...hi3x...” Mama Winda terkekeh girang melihat lelehan mani putihku di vaginanya.
“Kapan-kapan pakai kondom ya.... mahasiswa kedokteran kok enggak siap kondom, hi3x....” candanya.
“Yaa... saya kan alim Mbak... he3x...”
“Ha3x.... bohong banget, kamu jago gitu... pasti udah sering ngentot ya?...”, tanyanya penuh keingintahuan.
“Pernah sih sekali dua kali... waktu main di Jakarta...” kataku jujur sambil mengingat PSK di panti pijat yang pernah kudatangi di Jakarta.
“Jakarta?... heeee.... jangan2x... kamu.... main sama Lela sialan itu, iya???” sorot matanya berubah, agak emosi,”pantes kamu cerita buah dada Lela besar, klitorisnya juga besar... jangan2x kamu sudah main sama Lela juga ya?....”
“Enggak Mbak.... bukan sama Mama Lela... sumpah!” seruku berkilah.
“Awas kamu kalau main sama Lela...” serunya dengan nada cemburu. Wajahnya yang mesum tampak manja.
“Saya janji tidak akan main sama Mama Lela kalau Mbak rutin kasih jatah saya...he3x....”, pintaku manja.
Mama Winda memeluk dan menciumku mesra,”Baik... kalau Bapak enggak ada, aku SMS aku ya....”
“Siip... saya bawa kondom deh...he3x....” kataku girang.

Kami bermesraan sampai akhirnya “on” kembali dan melanjutkan satu ronde pertempuran sebelum pergi tidur. Itu adalah pengalaman pertamaku dengan ibu tiriku, dan tentu saja bukan yang terakhir. Setiap ada waktu, Mama Winda dengan semangat mengirim SMS dan aku segera datang memenuhi hasrat binal ibu tiriku. Bahkan saking ‘ngebetnya’, pernah Mama Winda mengajak aku bertemu di luar rumah karena ada Bapak di rumah. Bagaimana kisahnya? Nantikan edisi berikutnya. Petualanganku juga tak berhenti pada Mama Winda, karena aku masih punya satu ibu tiri di Jakarta, Mama Lela, yang juga tak kalah montok dengan Mama Winda.